Pengorganisasian
1.
Pengorganisasian
a. Pengertian
Pengorganisasian
Organisasi adalah pola hubungan yang terjalin antara 2
orang atau lebih yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan. Pengorganisasian adalah
proses kegiatan penyusunan
struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan
lingkungannya.
b.
Teori-teori
Organisasi
1)
Teori
Organisasi Klasik
Teori Klasik
sering disebut juga teori tradisional, yang berisi konsep tentang organisasi
mulai dari abad 19 yang mendefinisikan organisasi sebagai struktur hubungan,
kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan,
komunikasi dan faktor-faktor lain yang terjadi apabila orang-orang bekerja
sama. Dalam teori ini, organisasi secara
umum digambarkan oleh para teoritisi klasik sebagai sangat tersentralisasi dan
tugas-tugasnya terspesialisasi, serta memberikan petunjuk mekanistik structural
yang kaku tidak mengandung kreativitas. Teori ini juga berkembang dalam tiga
aliran yang dibangun atas dasar anggapan-anggapan yang sama dan mempunyai efek
yang sama, yaitu :
o Teori birokrasi :
dikemukakan
oleh Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism.
o
Teori
administrasi :
dikembangkan
atas dasar sumbangan Henry Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reiley dari Amerika.
o
Manajemen
ilmiah :
dikembangkan mulai tahun 1900 oleh Frederick
Winslow Taylor.
2) Teori Organisasi NeoKlasik
Teori neoklasik
dikenal sebagai teori hubungan manusiawi (The Human Relation Movement).
Anggapan dasar teori ini adalah menekan pentingnya aspek
psikologis dan social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok
kerjanya, atas dasar anggapan ini maka teori neoklasik mendefinisikan “suatu
organisasi” sebagai sekelompok orang dengan tujuan bersama. Perkembangan teori neoklasik dimulai
dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Howthorne dan dari
tulisan Huga Munsterberg.
Dalam hal
pembagian kerja, teori neklasik telah mengemukaan perlunya hal-hal sebagai berikut:
o Partisipasi, yaitu melibatkan setiap orang dalam proses
pengambilan keputusan.
o Perluasan kerja (job enlargement) sebagai kebalikan dari
pola spesialisasi.
o Manajemen bottom-up yang akan memberikan kesempatan kepada
para yunior untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen puncak.
3) Teori
Organisasi Modern
Teori modrn ditandai dengan akhirnya pergerakan
contigency yang dipelopori Herbert Simon, yang menyatakan bahwa teori
organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip yang dangkal dan
terlalu disederhanakan bagi suatu kajian mengenai kondisi yang
dibawahnya dapat diterapkan prinsip yang saling bersaing. Kemudian
Katz dan Robert Kahn dalam bukunya “the social psychology
of organization” mengenalkan perspektif organisasi
sebagai suatu sistem terbuka. Buku tersebut
mendeskripsikan keunggulan-keunggulan perspektif sistem
terbuka untuk menelaah hubungan yang penting dari sebuah organisasi
dengan lingkungannya, dan perlunya organisasi menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang berubah jika organisasi ingin tetap bertahan
Teori modern yang kadang – kadang
disebut juga sebagai analisa system pada organisasi merupakan aliran besar
ketiga dalam teori organisasi dan manajemen. Teori modern melihat bahwa semua
unsur organisasi sebagai satu kesatuanan saling ketergantungan, yang di
dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu system tertutup yang
berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi merupakan
system terbuka.
2.
Struktur Organisasi
a.
Pembagian Kerja
Pedoman dalam pembagian kerja. Dasar-dasar yang dapat
dijadikan pedoman untuk mengadakan pembagian kerja, antara lain:
· Pembagian kerja atas dasar wilayah
atau teritorial
· Pembagian kerja atas dasar jenis
benda yang diproduksi, misalnya komponen suatu kendaraan, pemasangan ban mobil,
dll
· Pembagian kerja atas dasar langganan
yang dilayani, misalnya langganan secara individual atau kelompok
· Pembagian kerja atas dasar fungsi
(rangkaian) kerja, misalnya bagian produksi, bagian gudang, bagian pengiriman
·
Pembagian kerja atas dasar waktu,
misalnya shift pagi, siang dan malam.
b.
Bentuk-bentuk Organisasi
Bagan organisasi memperlihatkan tentang susunan
fungsi-fungsi dan departementasi yang menunjukan hubungan kerja sama.
Bagan ini menggambarkan lima aspek utama suatu struktur
organisasi, yaitu:
1.
Pembagian kerja
2.
Rantai perintah
3.
Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4.
Pengelmpokan segmen-segmen pekerjaan
5.
Tingkatan manajemen
Adapun cara penggambaran bagan
struktur organisasi menurut Henry G.Hodges dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Bentuk Piramidal
2.
Bentuk Vertikal
3.
Bentuk Horizontal
4.
Bentuk Melingkar
Bentuk-bentuk organisasi dapat
dibedakan atas:
1.
Organisasi Garis
Bentuk organisasi tertua dan sederhana. Dibuat oleh Henry
Fayol. Ciri-cirinya organisasinya masih kecil, jumlah karyawan sedikit dan
saling mengenal serta spesialis kerja belum tinggi.
2.
Organisasi Garis dan Staff
Dianut oleh organisasi beras, cakupan kerja luas dan
mempunai bidang tugas yang bervariasi serta rumit dan jumlah karyawan banyak.
Staff adalah orang yang ahli dalam bidang tertentu tugasnya memberi nasihat dan
saran dalam bidang kepada pejabat pimpinan didalam organisasi.
3.
Organisasi Fungsional
Organisasi yang disusun atas dasar yang harus dilaksanakan.
Dipakai pada perusahaan yang pembagian tugasnya dapat dibedakan dengan jelas.
4.
Organisasi Panitia
Organisasi yang dibentuk untuk sementara waktu saja, setelah
tugas selesai maka selesai pula organisasi tersebut.
3.
Departementasi
Departementasi adalah aktivitas
dalam menyusum satuan satuan organisasi yang akan diserahi bidang kerja
tertentu atau fungsi tertentu.
a.
Departementasi Fungsional
Departementasi Fungsional adalah pengelompokan fungsi yang
sama atau kegiatan yang sejenis untuk membentuk satuan organisasi. Organisasi
ini adalah yang paling umum dan bentuk dasar departementasi.
Individu dikelompokan berdasarkan keterampilan, pengetahuan
dan tindakan yang dilakukan.
Kebaikan Departementasi Fungsional:
1.
Menjaga kekuasaan dan kedudukan
fungsi-fungsi utama
2.
Menciptakan efisiensi melalui
spesialis
3.
Memusatkan keahlian organisasi
4.
Memungkinkan pengawasan manajemen
puncak
5.
Pembagian tugasnya jelas
6.
Pengetahuan yang dibutuhkan tidak
banyak
7.
Hanya membutuhkan manajer yang harus
berwawasan luas
8.
Mudah dijelaskan pada anggota bila
ada masalah
Kelemahan Departementasi Fungsional:
1.
Menciptakan konflik antar fungsi
2.
Adanya kemacetan pelaksanaan tugas
3.
Umpan balik lambat
4.
Emusatkan pada kepentingan tugasnya
5.
Para angota mempunyai pandangan
sempit serta kurang inovatif
6.
Kejenuhan akbita aktivitas terlalu
monoton
7.
Komunikasi antar area tidak lancar
terutama bila ada masalah
8.
Individu dalam bekerja hanya
memperhatikan struktur hierarki
b.
Departementasi Devisional
Departementasi Devisional melihat produk, layanan, dan klien
sebagai faktor dasar pengelompokan. Pola ini digunakan untuk mempermudah usaha
antisipasi ancaman dari luar organisasi.
Dengan membagi divisi-divisi atas dasarproduk, wilayah,
langganan dan proses dimana tiap divisi merancang, memproduksi, dan memasarkan
produknya sendiri.
Kebaikan Departementasi Devisional
1.
Semua kegiatan dibawahi oleh satu
kepala
2.
Semua kegiatan mudah untuk dikoordinasi dan prestasi kerja
terpelihara
3.
Kualitas dan kecepatan membuat
keputusan meningkat
4.
Menempatkan pengembangan dan
implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas
5.
Merumuskan tanggung jawab dengan
jelas dan perhatian dipusatkan pertanggung jawaban atas prestasi kerja
6.
Membebaskan para kepala eksekutif
dalam pembuatan keputusan strategi lebih luas
7.
Cocok untuk lingkungan yang cepat
berubah
8.
Mempertahankan spesialisasi
fungsional dalam setiap divisi
Kelemahan Departementasi Devisional
1.
Berkembangnyya persaingan
disfungsional petensial atas sumber daya perusahaan dan konflik antara tugas
dan prioritas
2.
Seberapa besar delegasi wewenang
diberikan
3.
Masalah kebijaksanaan dalam alkasi
sumber daya dan distribusi biaya overhead perusahan
4.
Menimbulkan konsistensi
kebijaksanaan antar divisi
5.
Masalah duplikasi sumber daya dan
peralatan yang tidak perlu
6.
Masing-masing divisi bisa menghadapi
problem yang sama sehingga terjadi pengulangan dalam mengatasinya
7.
Target divisi bisa mengalahkan
target organisasi
8.
Konflik antar divisi bisa terjadi
jika terjadi problem organisasi
c.
Organisasi Proyek dan Matrik
Merupakan bentuk departementasi campuran (hybrid design).
Ini dilakukan denga menggabungkan kebaikan-kebaikan dari system fungsional dan
devisional dengan menghindarkan kelemahannya. Misal, organisasi selai dibagi
menurut divisi, juga ditetapkan suatu organisasi baru semacam proyek yang akan
ditugasi khusus dengan orang-orang yang berasal dari sejumlah divisi.
Struktur Organisasi Proyek
Menyangkut pembentukan tim-tim spesialis untuk mencapai
tujuan khusus. Manajer proyek mempunyai wewenang lini memimpin para anggota tim
selama jangka waktu proyek, jika telah selesai maka tim dibubarkan dan kembali
ke departemennya masing-masing
Struktur Organisasi Matriks
Pada struktur organisasi Matriks para karyawan mempunyai dua
atasan yang berada di dua wewenang. Rantai perintah pertama yaitu fungsional,
yang wewenangna mengalir secara vertical. Kedua yaitu rantai perintah lateral
atau horizontal, wewenangnya melintasi departemen yang dilaksanakan oleh
manajer proyek, sehingga menyerupai matrik dalam alirang wewenang
Kebaikan Organisasi Proyek dan Matriks:
1.
Memaksimumkan efisiensi penggunaan
manajer fungsional
2.
Mengembangkan keterampilan dan
kreatifitas karyawa serta fleksibilitas kepada organisasi
3.
Melibatkan motivasi dan menantang
karyawan serta memperluaas pandangan manajemen terhadap masalah strategi
perusahaan yang akhirnya membebaskan manajemen puncak untuk perencanaan
4.
Menstimulasi kerja sama antar
disiplin dan mempermudah kegiatan perusahaan dan orientasi proyek
5.
Mampu mengkombinaai kelebihan pola
fungsional dan devisional
6.
Menekankan pada teknik dan pasar
7.
Memerlukan sejumlah manajer yang
mampu menangani personil bidang teknik dan pemasaran
Kelemahan Organisasi Proyek dan
Matriks:
1.
Adanya pertanggung jawaban ganda dan
kebijaksanaan yang kontradiktif
2.
Memerlukan koordinasi vertikal dan
horizontal
3.
Memerlukan lebih banyak keterampilan
antar individu
4.
Menimbulkan resiko timbulnya
perasaan anarki
5.
Sangat mahal untuk diimplementasikan
6.
Mendorong pertentangan kekuasaan dan
lebih mengarah perdebatan daripada kegiatan
7.
Kesatuan komando bisa hilang karena
individu memiliki lebih dari satu supervisor
Sumber
:
http://agungzetiadji.blogspot.com/2012/10/teori-organisasi.html